Tuesday, November 18, 2014

REAKSI PENYABUNAN (SAPONIFIKASI)


II. DASAR TEORI
    Reaksi antara alkohol dan asam karboksilat disebut ester.Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester.Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat.Minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.Lemak padat mengandung ester gliserol dan asam stearat atau asam palmitat
    Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya.Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik.Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
     Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.(id.wikipedia.org/sabun)
    Saponifikasi (saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin.
Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun.
     Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
      Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH.Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.
    Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air sadah (hard water).Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut.
     Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.
    
III. METODE PERCOBAAN

ALAT                                                             BAHAN
pemanas listrik                                             NaOH 25%
erlenmeyer                                                    MgSO4 5%
batang pengaduk                                          NaCl 25%
pipet tetes                                                      FeCl3 5%
corong                                                            minyak tanah
gelas piala                                                     etanol
tabung reaksi                                                            minyak sayur
CaCl2 5%

PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Sabun
1. dimasukkan 6,5 ml minyak sayur ke dalam erlenmeyer
2. ditambahkan 5ml etanol dan 5ml NaOH (sebagai pelarut) 
3.dipanaskan dengan penanggas air  sambil diaduk selama 20 menit hingga bau alkohol menghilang
4. didinginkan campuran dengan penangas es.
5. sabun diendapkan ditambahka 37,5 ml NaCl jenuh ke dalam campuran sambil diaduk
6. disaring dan ditimbang bobotnya.

B. Sifat sabun
Zat Pengemulsi
1. Dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air dan dikocok. Diamati apa yang terjadi
2. dimasukkan 5 tetes minyak tanah dalam 5 ml air serta sedikit sabun yang telah dibuat, dikocok dan diamati apa yang terjadi
3. dibandingkan reaksi pertama dan kedua
Reaksi dengan air sadah
1. dimasukkan sabun yang telah dibuat sebanyak sepertiga spatula ke dalam gelas beker yang mengandung 25 ml air
2. dihangatkan beker tesebut di atas penanggas
3. dimasukkan larutan sabuntersebut ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml
4. ditambahkan dengan 2 tetes CaCl2 ke dalam tabung 1, 2 tetes FeCl3 pada tabung 2, 2 tetes MgSO4 pada tabung tiga dan 2 tetes air keran dalam tabung 4
5. diamati apa yang terjadi
Kebasaan (alkalinitas)
1. di tes kebasaan larutan sabun dengan pH indikator  

IV. DATA PENGAMATAN

A. Pembuatan Sabun
didapatkan berat sabun yang berwarna kekuningan sebesar 7,71gr
B. zat pengemulsi
1. minyak tanah + air = tidak bercampur
2.minyak tanah=air=sabun= bercampur
C. reaksi dengan air sadah
penambahan reagen CaCl2, MgSO4,FeCl3 tidak terbentuk sabun.
penambahan dengan air keran menghasilkan sabun



V. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah reaksi saponifikasi, Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol.Sabun adalah garam logam alkali yang mempunyai rangkaian karbon yang panjangdari asam-asam lemak, dimana dalam percobaan ini alkali yang dimaksud adalah natrium (Na) dari basa kuat NaOH. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya merupakan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar. Reaksi saponifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3(CH2)14CO2 H     +   3 NaOH   →  3 CH3(CH2)14CO2Na    +       C3H8O3         
Langkah yang dilakukan adalah mereaksikan NaOH yang telah dilarutkan dalam air mendidih dengan minyak sayur dan dilakukan pengadukan agar larutan cepat bereaksi. Pada saat dicampurkan, campuran membentuk 2 lapisan yang kemudian campuran berubah wujud seperti susu kental dan tidak ada minyak yang mengapung di atasnya dan berwarna kekuning-kuningan. kemudian ditambahkan 37,5 ml NaCl jenuh untuk mengendapkan sabun lalu didinginkan dan disaring sehingga didapat berat sabun sebesar 7.71 gram.
       Selanjutnya pada penambahan minyak dengan air larutan tidak bercampur namun setelah ditambhakan dengan sabun larutan dapat bercampur. hal ini karena minyak memiliki sifat non polar dan air polar sehingga larutan tidak dapat bercampur tetapi dapat bercampur setelah ditambhakannya sabun disebabkan karena sabunPada struktur kimia sabun, rantai karbon yang panjang tersebut bersifat non-polar dan tidak menarik air, sementara “kepala”nya ( terdapat ion logam ) bersifat polar. Rantai /ekornya itu disebut bagian hidrofobik sementara kepalanya disebut hidrofilikkotoran yang tidak tercuci oleh air saja biasanya merupakan senyawa non-polar. Di dalam air sabun, bagian hidrofilik sabun mengikat minyak, sementara bagian hidrofobiknya mengikat molekul air. Karena itu, minyak dapat larut dalam air sabun 
            Kemudian pada uji dengan air sadah yang membentuk busa pada larutan ketika ditambahkan dengan air keran  dan Mg hal ini membuktikan bahwa air keran tersebut bukanlah air sadah karena jika ditambhakan dengan air sadah maka tidak akan terbentuk busa dan akan terbentuk endapan putih.

VI. KESIMPULAN
Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi dengan mereaksikan minyak kelapa (trigliserida) dengan alkali (NaOH). Berat sabun yang dihasilkan pada praktikum ini adalah sebesar 7.71 gram

sumber :  http://infokimiawan13o1b-04.blogspot.com/2013/12/praktikum-saponifikasi-i.html

No comments:

Post a Comment