Pengertian kalor
Kalor
adalah suatu bentuk energy yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan
benda itu berubah,suhu wujud bentuk. Kalor berasal dari kata calonc, ditemukan
oleh ahli kimia prancis bernama Anntonie Laurent Lavoiser (1743-1794). Kalor memiliki
satuan kalori (kal) dan kilokalori (kkal) . 1 kal sama dengan jumlah panas yang
dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air,sehingga naik 10C . Kalor juga merpukan
energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya
kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut.
Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu
juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari
hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan
suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor : 1. massa zat
2. jenis zat
3. perubahan suhu
2. jenis zat
3. perubahan suhu
Sehingga
secara matematis dapat dirumuskan :
Q
= m.c.(t2 – t1)
Dimana:
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
M adalah massa benda (kg)
C adalah kalor jenis (J/kgC)
(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
M adalah massa benda (kg)
C adalah kalor jenis (J/kgC)
(t2-t1) adalah perubahan suhu (C)
Kalor
dapat dibagi menjadi 2 jenis
1.
Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
Kalor
yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan
dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap
(J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Dalam
pembahasan kalor ada dua konsep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu (H) dan
kalor jenis (c) kapasitas kalor .Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H
= Q/(t2-t1)
Kalor
jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor
jenis adalah calorimeter
c
= Q/m.(t2-t1)
Bila
kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru
H
= m.c
Hubungan antara kalor
dengan energi listrik
Kalor
merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain.
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi
energy kalor dan juga sebaliknya energy kalor dapat berubah menjadi energi
listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik
dengan energy kalor.
Alat
yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energy kalor adalah ketel
listrik, pemanas listrik, dll.
Besarnya
energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor
yang
dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.
W=Q
Untuk
menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :
W
= P.t
Keterangan
:
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
Bila
rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 – t1) maka diperoleh
persamaan
;
P.t
= m.c.(t2 – t1)
Yang
perlu diperhatikan adalah rumus Q disini dapat berubah-ubah sesuai dengan
soal.
Asas Black
Menurut
asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau
dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju
benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan
termal(suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q
lepas = Q terima
Yang
melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah
benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan
diperoleh :
Q
lepas = Q terima
m1.c1.(t1
– ta) = m2.c2.(ta-t2)
Catatan
yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada benda yang
bersuhu tinggi digunakan (t1 – ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah
digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas
bergantung pada soal yang dikerjakan
Teori
kalor dasar yaitu :
1. Kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepas
2. Kalor dapat terjadi akibat adanya suatu gesekan
3. kalor adalah sutu bentuk energy
4. kesetaraan antara satuan kalor dan satuan energy disebut kalor mekanik
1. Kalor yang diterima sama dengan kalor yang dilepas
2. Kalor dapat terjadi akibat adanya suatu gesekan
3. kalor adalah sutu bentuk energy
4. kesetaraan antara satuan kalor dan satuan energy disebut kalor mekanik
Perpindahan
kalor dapat dilakukan dengan 3 cara :
1.Konduksi
: Perpindahan kalor melalui zat tanpa disertai perpindahan
partikel-partikel
zat. Perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara
atomic
merupakan pertukaran energy kinetic antar molekul ( atom).dimana
partikel
yang energynya rendah dapat meningkat dengan menumbuk
partikel
yang energynya lebih tinggi.
Perambatan
kalor tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat
perantaranya,
biasanya terjadi pada benda padat.
2.
Konveksi : Perpindahan kalor yang diikuti perpindahan zatnya biasanya terjadi
pada medium zat cair dan gas . perpindahan kalor secara konveksi adalah
perpindahan kalor dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan. Bila
perpindahannya dikarenakan perbedaan kerapatan disebut konveksi alami dan
apabila perpindahannyadikarenakan oleh dorongan, misalnya dengan memompa maka
disebut konveksi paksa.
Besarnya
konveksi tergantung pada:
– Luas permukaan benda bersinggungan dengan fluida
– Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida
– Luas permukaan benda bersinggungan dengan fluida
– Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida
-
Koefisien konveksi Perambatan kalor yang disertai perpindahan bagian-bagian
zat.
Contoh
konveksi adalah pada waktu kita merebus air. Bagian air yang ada dibawahnya ,
menerima kalor (panas) dari nyala api pemanas. Air yang terkena panas ini
memuai dan massa jenisnya lebih besar. Bagian air ini mendapat panas pula, lalu
naik seperti bagian air sebelumnya. Demikian seterusnya, air berpindah
(mengalir) sambil membawa kalor.
Radiasi
: Perpindahan kalor tanpa memerlukan medium (zat perantara) . pada proses
radias energy termis menjadi energy radiasi. Energy ini termuat dalam gelombang
elektromagnetik. Saat gelombang elektromagnetik tersebut berinteraksi dengan
maateri , energy radiasi berubah menjadi energy termal
Kalor
jenis (C) adalah banyaknya kalor yang di butuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1
zat sebesar 10C untuk mengukur kalor jenis adalah calorimeter. Kalor yang
digunakan untuk menaikkan / menurunkan suhu tanpa mengubah wujud zat.
Kalor
yang diserap/dilepaskan (Q) dalam proses perubahan wujud
benda:
Q
=m.L
Jadi
kalor yang diserap ( ↓ ) atau yang dilepas (↑) pada saat terjadi perubahan
wujud benda tidak menyebabkan perubahan suhu benda (suhu benda konstan ).
Kalor
sebagai transfer energy
Kalor
berhubungan denga kerja dan energy. Untuk lebih lanjut mengenai hal ini maka
dikerjakan lebih lanjut oleh ilmuan pada tahun 1880-an terutama oleh seorang
pembuat minuman dari inggris james Prescott joule (1818-1889 ia melakukan
sejumlah percobaan yang penting untuk menetapkan bahwa kalor seperti kerja,
secara kuantitatif, kerja 4.186 joule ternyata ekuivalen dengan 1 kalori. Nilai
ini dikenal sebagai tara kalor mekanik. Dari hasil percobaan maka, para ilmuan
kemudian menginterprestasikan kalor bukan sebagai zat, dan dan bahkan bukan
sebagai bentuk energy melainkan kalor merupakan transfer energy.
Perbedaan
antara temperature , kalor dan energy dalam
Jumlah
total dari semua energy pada semua molekul pada sebuah benda disebut energy
termal atau energy dalam. Kalor bukan merupakan energy yang dimiliki oleh
sebuah benda, melainkan mengacu kejumlah energy yang ditransfer dari suatu
benda ke benda lainnya pada temperature berbeda.
Kalor
laten adalah kalor yang digunakan untuk mengubah wujud. Kalor
yang
diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassan:
Q
=M.L
Dengan
:
Q = Kalor (joule atau kalori)
M = Massa zat (Kg atau gram)
Q = Kalor (joule atau kalori)
M = Massa zat (Kg atau gram)
L=
Kalor Laten (J / Kg atau Kal / gram)
6.7
Energy dalam gas ideal
Energy
dalam gas ideal merupakan jumlah energy kinetic seluruh
partikelnya.
Ek
= energy kinetic rata-rata partikel gas ideal
U
= energy dalam gas ideal = energy total gas ideal
V=
kecepatan rata-rata gas ideal
m = massa satu molekul gas
p = massa jenis gas ideak
m = massa satu molekul gas
p = massa jenis gas ideak
Jadi
persamaan gas ideal dapat diambil kesimpulan :
Makin
tinggi temperature gas ideal makin besar pula kecepatan
partikelnya
Tekanan
merupakan ukuran energy kinetic persatuan volume yang dimiliki gas
Temperature merupakan ukuran rata-rata dari energy kinetic tiap partikel gas
Temperature merupakan ukuran rata-rata dari energy kinetic tiap partikel gas
Persamaan
gas ideal (pv =m R T ) berdimensi usaha – energy. Energy dalam gas
ideal
merupakan jumlah energy kinetic seluruh partikelnya.
No comments:
Post a Comment