A.
Awal
Penyebaran Islam
Awal pertumbuhan agama Islam di Saudi Arabia dalam suasana kegelapan,
kekacauan, ketidakteraturan, dan ketidakpastian, yang lazim disebut dengan
zaman jahiliyah. Tidak ada kepastian hukum yang dapat dipakai sebagai pedoman
sehingga masyarakat kehilangan arah, hidup dalam ketakutan, karena dimana-mana
hanya akan ditemui kekerasan dan kekejaman. Di tengah-tengah kegelapan itu,
Islam muncul, yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Meski mengalami banyak rintangan dan hambatan serta penderitaan lahir
batin, Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam, mulai usia 40 tahun sampai
dengan wafatnya tahun 632 M, dalam usia 63 tahun. Saat beliau wafat, pengaruh
Islam sudah meliputi hampir seluruh suku bangsa di wilayah Arab.
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kedudukan beliau sebagai kepala pemerintahan
digantikan oleh orang-orang yang diberi gelar khalifah, yang artinya pengganti.
Khulafa’ur Rasyidin adalah empat khalifah pertama sebagai pengganti Muhammad,
yang dipandang sebagai pemimpin yang mendapat petunjuk dan patut
dicontoh. Mereka semua adalah sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. Penerus
kepemimpinan mereka bukan berdasarkan keturunan, suatu hal yang kemudian
menjadi ciri-ciri kekhalifahan selanjutnya Khulafa’ur Rasyidin, yaitu Khalifah
Abubakar, Khalifah Umar, Khalifah Usman, dan Khalifah Ali. Di bawah kepemimpinan
keempat khalifah tersebut, masyarakat muslim kemudian memperluas
pengaruhnya ke seluruh dunia.
B. Proses Masuk dan
Berkembangnya Pengaruh Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia akibat adanya perdagangan dan pelayaran
internasional. Pada saat itu, jalur perdagangan internasional Timur
Tengah-India-Malaka-Cina merupakan satu-satunya jalur perdagangan Asia yang
sangat ramai. Bersamaan dengan kesibukan perdagangan antarbangsa yang melewati
Indonesia itulah, Islam masuk ke Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia ketika sebagian masyarakatnya sudah memeluk agama
Hindu atau Buddha, atau saat masyarakat masih memeluk kepercayaan asli, atau
bahkan saat Hindu-Buddha, dan kepercayaan asli bercampur saling mempengaruhi.
Namun yang jelas, Islam datang setelah Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia
terlebih dahulu.
Penyebaran pengaruh Islam yang berasal dari jazirah Arab ke Asia dan benua
lainnya, menimbulkan pusat-pusat agama Islam di kawasan tersebut, yang berperan
sebagai pusat pemerintahan dan peradaban, juga berperan dalam penyebaran
pengaruh Islam ke wilayah sekitarnya. Indonesia telah mengadakan hubungan
ekonomi, hubungan sosial, dan hubungan politik dengan pusat-pusat Islam di Asia
Selatan maupun pusat-pusat Islam lainnya.
Hubungan dalam bidang ekonomi sudah dilaksanakan sejak lama. Lebih-lebih
pada abad ke-7, dimana perdagangan begitu ramainya, terutama di Selat Malaka.
Sedangkan bandarbandar
Indonesia berada
di seputar Selat Malaka, yang tentu saja sangat ramai dikunjungi pedagang
mancanegara. Hasil hutan dan rempah-rempah dari Indonesia turut diperdagangkan,
bahkan merupakan barang dagangan yang sangat laku.
Hubungan dalam bidang sosial ditandai dengan adanya interaksi sosial antara
para pedagang muslim yang banyak bermukim di Indonesia dengan masyarakat
setempat. Adanya
interaksi sosial
inilah yang akhirnya memberikan pengaruh masuknya nilai dan ajaran Islam
sehingga semakin banyak yang memeluk agama Islam. Hubungan dalam bidang politik
terjalin
setelah kerajaan
Islam berdiri di Indonesia pada abad ke-13 M, yaitu saat berdirinya Kerajaan
Samudra Pasai di Aceh. Hubungan Indonesia dengan pusat-pusat Islam lainnya pun
sudah sangat intensif. Selain dalam rangka membendung dominasi Portugis di
Selat Malaka, hubungan itu juga nampak dari pusat-pusat perdagangan di Asia,
yang berhubungan
dengan kerajaan
Islam di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Kerajaan Samudra Pasai pun
telah menjalin hubungan dagang dan politik dengan Cina, India, dan Asia Barat.
Hubungan antara Indonesia dengan pusat-pusat perkembangan Islam di Bagdad,
Kairo, Kordoba, sudah terjadi sejak sebelum abad ke-15, meskipun hubungan itu
tidak langsung, tetapi melalui jalur-jalur perdagangan yang sedang berkembang.
C. Peranan Pedagang dan
Ulama dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia, tidak lepas dari peran pedagang dan
para ulama terutama walisongo.
1.
Peranan
Pedagang
Para pedagang yang menjalin hubungan dagang dengan pedagang Indonesia tidak
hanya pedagang Cina, tetapi juga pedagang India, Persia, Arab, Mesir, dan
Turki. Di samping berdagang, mereka menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di
Indonesia. Pertama-tama tentunya adalah para pedagangnya, kemudian
disebarluaskan kepada orang lain. Menurut Snouck Hurgronje, orang-orang Islam
yang datang pertama dan menyebarkan agama Islam di Indonesia, tidak langsung
dari Negeri Arab, melainkan melalui orang-orang Islam dari Gujarat (India).
Para pedagang mancanegara yang mendapat kesempatan langsung menjual
dagangannya kepada penguasa setempat dan keluarganya, telah memperkenalkan
ajaran Islam kepada mereka. Sifat terbuka para penguasa kerajaan, merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi berkembangnya
Islam di
Indonesia. Juga karena kuatnya pengaruh Islam, raja-raja kecil di pesisir yang
telah masuk Islam, berusaha melepaskan diri dari pusat pemerintahan yang masih
beragama Hindu atau Buddha. Bahkan kemudian mereka banyak yang menjadi penyebar
agama Islam di Indonesia.
Penyebaran agama Islam di Indonesia yang dilakukan oleh para pedagang,
secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.
·
Mula-mula para pedagang berdatangan ke pusat-pusat perdagangan.
·
Kemudian mulai ada yang bertempat tinggal, baik sementara maupun menetap.
· Lambat laun tempat
tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan muslim dari negeri asing disebut
pekojan.
·
Status sosial yang tinggi, memudahkan mereka mengawini pribumi, baik rakyat
biasa maupun anak bangsawan.
· Sebelum
pernikahan, calon isterinya di-Islam-kan dulu dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat.
·
Lambat laun berkembang perkampungan, masyarakat, dan kerajaan Islam.
2.
Peranan
Ulama
Salah satu cara agar pemahaman tentang Islam mudah diterima oleh masyarakat
adalah melalui gambaran-gambaran, tidak langsung pada inti pembahasan yang
mungkin sulit diterima, antara lain melalui gending- gending Jawa,
gending-gending dolanan, wayang kulit, dan hikayat. Dalam hal ini,
pondok-pondok pesantren merupakan lembaga yang penting dalam
penyebaran agama
Islam. Para santri yang telah keluar dari pesantren, akan menjadi tokoh agama,
menjadi Kyai, dan mendirikan pesantren lagi. Demikian seterusnya sehingga
semakin lama Islam semakin berkembang luas.
Dakwah dan penyebaran Islam khususnya di Pulau Jawa oleh Wali Songo,
dilakukan secara damai, halus, dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat
setempat. Wali Songo yang sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia adalah
sebagai berikut.
a.
Maulana
Malik Ibrahim
b.
Sunan
Ampel
c.
Sunan
Drajat
d.
Sunan
Bonang
e.
Sunan
Giri
f.
Sunan
Kalijaga
g.
Sunan
Kudus
h.
Sunan
Murya
i. i.
Sunan
Gunung Jati
D. Perkembangan
Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Islam di Indonesia
Masuknya pengaruh Islam dan penyebarannya di Indonesia, baik kepada
golongan bangsawan maupun masyarakat umum, dilakukan dengan damai dan dapat
diterima dengan
cepat. Hal ini disebabkan beberapa faktor sebagai berikut.
1.
Syarat-syarat masuk Islam sangat mudah.
2.
Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana.
3.
Islam tidak mengenal kasta, semua orang dinilai sama kedudukannya.
4.
Penyebaran Islam disesuaikan kondisi sosial budaya masyarakat.
5.
Jatuhnya Sriwijaya dan Majapahit memperlancar penyebaran Islam.
Penyebaran Islam di Indonesia di setiap daerah tidak dalam kurun waktu yang
sama. Masing-masing kerajaan dan daerah yang mendapatkan pengaruh Islam,
mempunyai situasi politik dan pemerintahan serta perkembangan kondisi
masyarakat dan sosial budaya yang berbeda-beda.
E. Perkembangan
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia menyebabkan berdirinya beberapa
kerajaan Islam. Dari beberapa kerajaan yang ada, kita dapat menggambarkan
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di
Indonesia.
1.
Kerajaan
Samudra Pasai
Samudra Pasai yang
terletak di dekat Muara Sungai Peusangan di pesisir timur laut Aceh, merupakan
kerajaan Islam pertama di Indonesia, dengan Sultan Malik Al Saleh
sebagai kepala
negaranya. Samudra Pasai cepat berkembang karena letaknya yang sangat strategis
sehingga terjalin hubungan dagang yang baik dengan India, Benggala, Gujarat,
Arab, dan Cina.
Berkat kemajuan dalam perdagangan, Samudra Pasai menjadi kerajaan yang makmur
dan memiliki pertahanan yang kuat, serta luas daerah kekuasaannya.
Pada tahun 1350,
Samudra Pasai diserang oleh Majapahit yang iri karena
kedekatan Samudra
Pasai dengan Kesultanan Delhi. Penyerangan ini mengakibatkan
kemunduran
Kerajaan Samudra Pasai yang semakin lama semakin lemah dan akhirnya dapat
dikuasai oleh Kerajaan Aceh.
2.
Kerajaan
Aceh
Kerajaan Aceh terletak di ujung utara Pulau Sumatera. Semula Aceh merupakan
daerah taklukan Kerajaan Pedir. Jatuhnya Malaka dan Pasai ke tangan Portugis,
mengakibatkan para pedagang di Selat Malaka mengalihkan kegiatannya ke
Pelabuhan Aceh. Aceh akhirnya berkembang pesat, dan setelah kuat kemudian
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir dan berdiri sebagai wilayah yang
merdeka. Sultan pertama sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali
Mughayat Syah (1514-1528).
Aceh mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Aceh berusaha menguasai kembali daerah-daerah yang dulu di bawah
pengaruhnya dan telah direbut Portugis. Bahkan Aceh dapat menaklukkan Deli,
Johor, Bontan, Pahang, Kedah, Perak, Nias hingga tahun 1625. Daerah sepanjang
pantai barat Pulau Sumatera dapat dikuasai pula, seperti Indrapura,
Silebar, Tiku,
Salida, dan Pariaman.
Sejak Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh terus-menerus mengalami kemunduran
yang akhirnya menyebabkan keruntuhan Aceh. Namun, Aceh masih memegang peranan
penting dalam penyebaran agama Islam.
3.
Kerajaan
Demak
Majapahit mengalami keruntuhan pada tahun 1478. Pada tahun 1500,
Raden Patah yang keturunan Raja Brawijaya V, seorang Adipati Demak yang
beragama Islam, telah melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Kemudian dengan
bantuan para wali, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak, dan dinobatkan
sebagai Sultan Demak pertama, dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdur’rahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Demak menjadi kerajaan maritim, dan Raden Patah berhasil membuat Jepara dan
Semarang menjadi pelabuhan transit yang menghubungkan Indonesia bagian timur
sebagai daerah penghasil rempah-rempah, dengan Malaka sebagai daerah pemasaran
Indonesia bagian barat.
Keruntuhan Kerajaan Demak diawali dengan wafatnya Sultan Trenggana pada
tahun 1546, karena terjadi perebutan tahta kerajaan. Aria Penangsang, berhasil
membunuh Prawata (putra Sultan Trenggana) yang merasa lebih berhak atas tahta
kerajaan. Aria Penangsang sendiri berhasil dibunuh oleh Hadiwijaya, Adipati
Pajang dan menantu Sultan Trenggana. Kemudian pusat pemerintahan Demak
beserta alat kebesarannya dipindahkan ke Pajang pada tahun 1568. Sejak saat itu
tamatlah riwayat Kerajaan Demak dan berdirilah Kerajaan Pajang.
4.
Kerajaan
Pajang
Setelah Hadiwijaya menduduki tahta Kerajaan Pajang, segera menghadiahkan
daerah Kotagede Yogyakarta dan mengangkat Ki Ageng Pemanahan menjadi adipati di
situ. Saat Ki Ageng Pemanahan meninggal, jabatan Adipati digantikan oleh
anaknya, Sutawijaya. Sementara itu Adipati
Demak diserahkan kepada Pangeran Aria Pangiri. Sutawijaya yang menjadi
adipati di Mataram (Yogyakarta) ingin menjadi raja dan berkuasa atas seluruh
Pulau Jawa.
Sultan Hadiwijaya wafat pada tahun 1582, kedudukan digantikan putranya,
Pangeran Benowo. Saat Pangeran Benowo berkuasa, Aria Pangiri berusaha merebut
kekuasaan di Pajang, namun dapat digagalkan atas bantuan Sutawijaya.
Pangeran Benowo memang tidak sanggup menggantikan kedudukan ayahnya sebagai
Sultan Pajang, oleh karenanya ia menyerahkan tahta kerajaan kepada Sutawijaya.
Oleh Sutawijaya, Kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram pada tahun 1586.
Berakhirlah riwayat Pajang, dan berdiri Kerajaan Mataram yang bercorak Islam di
Yogyakarta.
5.
Kerajaan
Mataram Islam
Setelah naik tahta kerajaan pada tahun 1586, Sutawijaya bergelar Panembahan
Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram yang didirikan
Sutawijaya merupakan
Kerajaan Mataram kedua yang kini bercorak Islam, sementara yang pertama
dulu bercorak Hindu. Namun letak Mataram Islam berada di bekas wilayah Kerajaan
Mataram Hindu. Sementara itu, Pajang yang dahulu menjadi pusat kerajaan, masuk
menjadi wilayah kekuasaan Mataram Islam, dan Pangeran Benowo sebagai Adipati
Pajang.
Setelah Panembahan Senapati, berturut-turut yang menggantikan kedudukan
Sultan
Mataram adalah Mas Jolang atau Pangeran Seda Krapyak (1601-1613), Mas
Rangsang
atau Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing Alaga Ngabdurrahman
Kalifatullah
(1613-1645).
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dimakamkan di Imogiri. Semua raja keturunan
Sultan Agung, baik dari Yogyakarta maupun dari Surakarta, juga dimakamkan di
Imogiri. Setelah Sultan Agung wafat, Mataram Islam mengalami kemunduran.
6.
Kerajaan
Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan oleh Faletehan atau Fatahilah, yaitu seorang
penyebar agama Islam, ahli perang, politikus, dan negarawan, yang sebelumnya
mengabdi pada Kerajaan Demak.
7.
Kerajaan
Banten
Kerajaan Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa, yaitu di sebelah
selatan wilayah Banten sekarang. Semula Banten di bawah kekuasaan Kerajaan
Pajajaran, namun akhirnya berhasil direbut Fatahilah atas perintah Sultan
Trenggana dari Demak. Sejak saat itu Islam berkembang dengan pesat.
8.
Kerajaan
Makassar
Pada awal abad
ke-16, di Sulawesi Selatan terdapat banyak kerajaan yang menurut Tome Pires jumlahnya ada 50
yang masih menganut berhala. Di antara kerajaankerajaan di Sulawesi yang
terkenal adalah Kerajaan Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Kerajaan Luwu.
9.
Kerajaan
Ternate
Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara, berdiri sejak abad ke-13, dengan
ibukota di Sampalu. Perkembangan agama Islam di Ternate sangat pesat setelah
raja Ternate Zainal Abidin belajar Islam di Gresik. Bahkan para kyai dan ulama
di Gresik didatangkan ke Ternate untuk menjadi guru ngaji. Di samping itu juga
mengirimkan para pemuda Ternate untuk belajar agama Islam di Gresik.
1
Kerajaan
Tidore
Selain Kerajaan Ternate, di Maluku pada abad ke-13 juga terdapat Kerajaan
Tidore, yang terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate, yaitu di Pulau
Tidore. Semula kedua kerajaan Islam tersebut bersatu, namun setelah masuknya
bangsa asing, yaitu Portugis dan Spanyol, mereka tidak lagi bersatu. Kerajaan
Ternate bersahabat dengan Portugis, dan Kerajaan Tidore bersahabat dengan
Spanyol.
Pada perkembangan
berikutnya, Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu kembali untuk mengusir Portugis
dari Maluku, dan berhasil.
F. Peninggalan-Peninggalan
Bercorak Islam di Indonesia
Peninggalan sejarah
yang bercorak Islam di berbagai daerah di Indonesia, hampir tidak ada
perbedaan. Justru yang ada adalah persamaan-persamaan yang secara umum memang
terjadi seperti itu.
Masuknya pengaruh
Islam ke Indonesia, terjadi setelah masyarakat Indonesia memeluk Hindu dan
Buddha. Tokoh-tokoh penyebar Islam tidak memusuhi agama yang sudah
ada, tetapi
diusahakan masuk Islam dengan kesadaran sehingga terjadi integrasi antara
kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam. Hal ini mengakibatkan peninggalan
Islam di Indonesia
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Buddha, baik bentuk bangunannya,
seni arsitekturnya,
maupun hiasan-hiasan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bangunan
tersebut.
Peninggalan sejarah yang bercorak Islam antara lain sebagai berikut.
1.
Masjid
2.
Keraton
3.
Batu
Nisan
4.
Kaligrafi
5.
Seni
Sastra
6.
Seni
Pertunjukan
No comments:
Post a Comment