SELF BIO
Name : Sayyidhatul Sofiyah
Place and date of birth : Jember, 10 April 2001
Religion : Islamic
Gender : Female
Ideals : Teacher
Home address : Keting village
School : SMPN I Yosowilangun
Hobby : Reading and singing
Height and weight : 138 cm and 39 kg
Blood group : -
E-mail : atuulandsofiie@gmail.com
Motto : Experience is the best teacher
Tuesday, August 13, 2013
Monday, August 5, 2013
AFIKS
1.1 Pengertian imbuhan (afiks)
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation).
Imbuhan (afiks) adalah Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.[1]
Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal.
Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya.
Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.[2]
Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga menghasilkan kata majemuk.[3]
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.[4]
1.2 Syarat-syarat kata untuk dapat menjadi afiksasi, antara lain:
Kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila di pisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an manjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentuk ke-an.
1.3 Macam-Macam Imbuhan (afiks)
Awalan (prefiks/ prefix)
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak diawal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Contoh awalan (prefix) yang berasal dari bahasa Indonesia . Kata ke-+ tua→ketua, artinya imbuhan ke- ditambah dengan kata tua, maka menjadi ketua. pe-+ tinju→petinju, ter- + dakwa→terdakwa, ber- + main→bermain, pra- + sejarah→prasejarah. Contoh awalan (prefix) yang berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa inggris. Kata im-→improduktif, pre-→prehistori, ex-→ekspor, is→ isolasi.
Akhiran (sufiks/ sufix)
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan, -wati+karya→kryawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk kata benda. Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi. Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -if→produktif, sportif.
Sisipan (infiks /infix)
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat bermaca-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung..
Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menujukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk. Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier. Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran – kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap. Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main, merata→meratakan. Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→peringatkan→diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya. Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.
Benda (nomina) →sifat (adjectifa)
Getar → gemetar
Guruh → gemuruh
Kilap → kemilap
Kilau → kemilau
Santan → semantan
Gerlap → gemerlap
Gilang → gemilang
Gilap → gemilap
Taram → temaram
Serbak → semerbak
Awalan dan Akhiran (konfiks /konfix)
Awalan dan akhiran (konfiks/ konfix) yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di depan dari bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Imbuhan yang dapat di kategorikan sebagai konfiks/ konfix, yaitu ke-an, pe-an, per-an dan ber-an. Proses imbuhan tersebut di sebut konfiksasi (konfiksasi/ konfixation). Contoh: ke-an: kehidupan, merupakan gabungan dari kata hidup yang kemudian mendapat imbuhan ke-an. kata kemauan, merupakan gabungan dari kata mau yang mendapat imbuhan ke-an. keterangan, katahuan, kepercayaan. Pe-an: pegunungan, merupakan gabungan dari kata dasar Gunung, kemudian mendapat imbuhan pe-an. pembelian, pendidikan, penggambaran, perdagangan. Semua pembentukan dari imbuhan ini berasal dari kata benda. Sedangkan yang terdiri dari kata sifat yang membentuk menjadi konfiks yaitu seperti: ke-an dan se-nya dengan bentuk dasar kata ulang (reduplikasi). Contoh: ke-an (dengan reduplikasi)→keingris-inggrisan, artinya seseorang atau suatu benda yang mempunyai sifat seperti inggris. kekanak-kanakkan, artinya seseorang yang mempunyai sifat seperti sifatnya kanak-kanak. Se-nya (dengan reduplikasi)→sebaik-baiknya, sepandai-pandainya. Sedangkan contoh yang lainnya dari konfix yaitu melakukan→me-kan, menduduki→me-I, memperlihatkan→memper-kan, kelihatan→ke-an, berdasarkan→ber-kan, keadilan→ke-an, permusuhan→per-an, permainan→per-an.
Simulfiks
Simulfiks yaitu afiks yang disamakan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada kata dasarnya. Biasanya di samakan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjectiva atau kelas kata yang lain menjadi kata kerja. Contoh: kopi→ ngopi, soto→ nyoto, sate→ nyate, kebut→ ngebut, tulis→ nulis, gambar→ nggambar, tendang→ nendang.
Superfiks atau suprafiks
Superfiks atau suprafiks adalah imbuhan yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Imbuhan superfiks dapat kita jumpai dalam bahasa-bahasa daerah, misalnya: bahasa Batak Toba, dalam bahasa Batak Toba terdapat tekanan morfemis. Contoh: kata ‘guru (nomina) dan kata ‘guru (adjektiva), antara kata ‘asom yang artinya jeruk kedudukan kata ini di sebut sebagai nomina dengan kata ‘asom yang artinya ‘asam kedudukan kata ini sebagai adjectifa. Sama halnya dalam bahasa Jawa, biasanya dengan peninggian vokal dapat di sebut sebagai ciri suprasegmental pada suku terakhir suatu adjectiva bersifat morfemis. Contoh: suwe→lama, wedi→takut. Dalam bahasa Toraja tekanan terletak pada suku kata terakhir dari suatu adjectifa yang di sertai velarisasi adalah proses sekunder, maka peristiwa itu boleh di anggap simulfiksasi. Contoh: biti→kecil, malampo→gemuk. Jadi, superfiks itu sama halnya dengan bahasa dialek yang hanya di miliki oleh daerah tertentu atau bahasa khas pada suatu daerah.
Interfiks
Interfiks yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks –n-dan -o-. Contoh: gabungan antara kata indonesia dengan kata logi→indonesianologi, artinya kata indonesianologi merupakan gabungan antara dua unsur kata, yaitu kata indonesia dan logi. Gabungan antara kata jawa dengan kata logi→ jawanologi. Gabungan antara kata sosial dengan kata logos→ sosiologi. Gabungan antara kata psyko dengan kata logi→ psykologi. Dalam bahasa Jerman interfiks –n- muncul dalam gabungan auge ‘mata’ dengan kata arzt ‘dokter’→ augenazart ‘dokter mata’. Interfiks –es- muncul dalam gabungan jahr ‘tahun dan zeit ‘waktu’→ jahreszeit ‘musim’.
Transfiks
Transfiks yaitu jenis infiks yang menyebabkan kata dasar menjadi terbagi-bagi. Bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain dalam bahasa arab; misalnya: akar ktb dapat di beri transfiks a-a, i-a, a-I, dan lain sebagainya. Menjadi katab ‘ia menulis’, kitab ‘buku’, katib ‘penulis’. Kata nshr dapat di beri transfiks a-a, maka menjadi nashara. Kata dzhb dapat di beri transfiks a-a, maka menjadi dzahaba.
Kombinasi afiks
Kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan kata dasar, afiks ini hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal tersendiri, muncul secara bersama pada bentuk dasar, tetapi berasal dari proses yang berlainan, dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks, seperti: me-kan→mempertanyakan, yaitu sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga afiks, yaitu mem-, per-, -kan. Dua prefiks, yaitu mem- dan per- dan satu sufiks – kan.
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek, predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation).
Imbuhan (afiks) adalah Bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata.[1]
Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan kata.
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal, sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Kata rumah dan kata jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata berjalan termasuk golongan kata verbal.
Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda, dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan dan jalan raya.
Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata. Karena itu, maka morfologi disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata.[2]
Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama, bergabungnya morfem bebas dengan morfem terikat disebut afiksasi. Kedua, Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga, bergabungnya morfem bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang pertama menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang ketiga menghasilkan kata majemuk.[3]
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran (konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan, yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks, transfiks, dan kombinasi afiks.[4]
1.2 Syarat-syarat kata untuk dapat menjadi afiksasi, antara lain:
Kata afiks itu harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila di pisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempinyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an manjadi peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentuk ke-an.
1.3 Macam-Macam Imbuhan (afiks)
Awalan (prefiks/ prefix)
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak diawal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Contoh awalan (prefix) yang berasal dari bahasa Indonesia . Kata ke-+ tua→ketua, artinya imbuhan ke- ditambah dengan kata tua, maka menjadi ketua. pe-+ tinju→petinju, ter- + dakwa→terdakwa, ber- + main→bermain, pra- + sejarah→prasejarah. Contoh awalan (prefix) yang berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa inggris. Kata im-→improduktif, pre-→prehistori, ex-→ekspor, is→ isolasi.
Akhiran (sufiks/ sufix)
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan, -wati+karya→kryawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini di sebut sebagai akhiran untuk kata benda. Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi. Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -if→produktif, sportif.
Sisipan (infiks /infix)
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-, -em- dan -in.
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat bermaca-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi. sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut, gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung..
Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu. Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menujukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk. Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata dasar tersier. Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran – kan . Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap. Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan, main→bermain-main, merata→meratakan. Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→peringatkan→diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya. Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat terbatas.
Benda (nomina) →sifat (adjectifa)
Getar → gemetar
Guruh → gemuruh
Kilap → kemilap
Kilau → kemilau
Santan → semantan
Gerlap → gemerlap
Gilang → gemilang
Gilap → gemilap
Taram → temaram
Serbak → semerbak
Awalan dan Akhiran (konfiks /konfix)
Awalan dan akhiran (konfiks/ konfix) yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di depan dari bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Imbuhan yang dapat di kategorikan sebagai konfiks/ konfix, yaitu ke-an, pe-an, per-an dan ber-an. Proses imbuhan tersebut di sebut konfiksasi (konfiksasi/ konfixation). Contoh: ke-an: kehidupan, merupakan gabungan dari kata hidup yang kemudian mendapat imbuhan ke-an. kata kemauan, merupakan gabungan dari kata mau yang mendapat imbuhan ke-an. keterangan, katahuan, kepercayaan. Pe-an: pegunungan, merupakan gabungan dari kata dasar Gunung, kemudian mendapat imbuhan pe-an. pembelian, pendidikan, penggambaran, perdagangan. Semua pembentukan dari imbuhan ini berasal dari kata benda. Sedangkan yang terdiri dari kata sifat yang membentuk menjadi konfiks yaitu seperti: ke-an dan se-nya dengan bentuk dasar kata ulang (reduplikasi). Contoh: ke-an (dengan reduplikasi)→keingris-inggrisan, artinya seseorang atau suatu benda yang mempunyai sifat seperti inggris. kekanak-kanakkan, artinya seseorang yang mempunyai sifat seperti sifatnya kanak-kanak. Se-nya (dengan reduplikasi)→sebaik-baiknya, sepandai-pandainya. Sedangkan contoh yang lainnya dari konfix yaitu melakukan→me-kan, menduduki→me-I, memperlihatkan→memper-kan, kelihatan→ke-an, berdasarkan→ber-kan, keadilan→ke-an, permusuhan→per-an, permainan→per-an.
Simulfiks
Simulfiks yaitu afiks yang disamakan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada kata dasarnya. Biasanya di samakan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjectiva atau kelas kata yang lain menjadi kata kerja. Contoh: kopi→ ngopi, soto→ nyoto, sate→ nyate, kebut→ ngebut, tulis→ nulis, gambar→ nggambar, tendang→ nendang.
Superfiks atau suprafiks
Superfiks atau suprafiks adalah imbuhan yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Imbuhan superfiks dapat kita jumpai dalam bahasa-bahasa daerah, misalnya: bahasa Batak Toba, dalam bahasa Batak Toba terdapat tekanan morfemis. Contoh: kata ‘guru (nomina) dan kata ‘guru (adjektiva), antara kata ‘asom yang artinya jeruk kedudukan kata ini di sebut sebagai nomina dengan kata ‘asom yang artinya ‘asam kedudukan kata ini sebagai adjectifa. Sama halnya dalam bahasa Jawa, biasanya dengan peninggian vokal dapat di sebut sebagai ciri suprasegmental pada suku terakhir suatu adjectiva bersifat morfemis. Contoh: suwe→lama, wedi→takut. Dalam bahasa Toraja tekanan terletak pada suku kata terakhir dari suatu adjectifa yang di sertai velarisasi adalah proses sekunder, maka peristiwa itu boleh di anggap simulfiksasi. Contoh: biti→kecil, malampo→gemuk. Jadi, superfiks itu sama halnya dengan bahasa dialek yang hanya di miliki oleh daerah tertentu atau bahasa khas pada suatu daerah.
Interfiks
Interfiks yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks –n-dan -o-. Contoh: gabungan antara kata indonesia dengan kata logi→indonesianologi, artinya kata indonesianologi merupakan gabungan antara dua unsur kata, yaitu kata indonesia dan logi. Gabungan antara kata jawa dengan kata logi→ jawanologi. Gabungan antara kata sosial dengan kata logos→ sosiologi. Gabungan antara kata psyko dengan kata logi→ psykologi. Dalam bahasa Jerman interfiks –n- muncul dalam gabungan auge ‘mata’ dengan kata arzt ‘dokter’→ augenazart ‘dokter mata’. Interfiks –es- muncul dalam gabungan jahr ‘tahun dan zeit ‘waktu’→ jahreszeit ‘musim’.
Transfiks
Transfiks yaitu jenis infiks yang menyebabkan kata dasar menjadi terbagi-bagi. Bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain dalam bahasa arab; misalnya: akar ktb dapat di beri transfiks a-a, i-a, a-I, dan lain sebagainya. Menjadi katab ‘ia menulis’, kitab ‘buku’, katib ‘penulis’. Kata nshr dapat di beri transfiks a-a, maka menjadi nashara. Kata dzhb dapat di beri transfiks a-a, maka menjadi dzahaba.
Kombinasi afiks
Kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan kata dasar, afiks ini hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal tersendiri, muncul secara bersama pada bentuk dasar, tetapi berasal dari proses yang berlainan, dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks, seperti: me-kan→mempertanyakan, yaitu sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga afiks, yaitu mem-, per-, -kan. Dua prefiks, yaitu mem- dan per- dan satu sufiks – kan.
Subscribe to:
Posts (Atom)